
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman dan dapat hidup berdampingan dengan satwa liar khususnya Harimau Sumatera , BKSDA Sumatera Barat bersama Yayasan SINTAS Indonesia kembali latih dan bentuk Tim Patroli Anak Nagari (PAGARI) di Kenagarian Salareh Aia Kecamatan Palembayan kabupaten Agam.
Pelatihan berlangsung selama 3 hari dari tanggal 6 sampai dengan 8 Desember 2022 bertempat di aula kantor Wali Nagari Salareh Aia, diikuti oleh 10 (sepuluh) orang peserta berasal dari warga setempat yang telah diseleksi dan ditunjuk oleh Wali Nagari.
Selama pelatihan para peserta diberikan pengetahuan meliputi teori dan praktek tentang mitigasi konflik satwa liar, patroli perlindungan dan pengamanan hutan, monitoring satwa, navigasi darat dan penggunaan camera trap.
Pada hari ketiga dilaksanakan simulasi pelaksanaam patroli dan simulasi penanganan konflik antara manusia dan satwa liar.
Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono, S.TP, M.Sc berharap dengan adanya pelatihan dan pembentukan ini akan terwujud nagari Ramah Harimau dan dapat menciptakan kondisi masyarakat yang dapat hidup berdampingan dan berbagi ruang dengan satwa, serta dapat secara mandiri dalam
melakukan penanganan awal konflik Harimau Sumatera di wilayah nagarinya. Konflik yang tidak
terkendali akan menyebabkan kerugian yang luar biasa dari kedua pihak yakni Alam dengan Harimau Sumatera dan Manusia tentunya.
“Selain itu BKSDA juga menawarkan membangun kandang komunal percontohan di Salareh Aia sebagai langkah upaya meminimalisir dan mengurangi resiko ancaman bagi ternak warga setempat.”
Narasumber dan Instruktur dalam kegiatan pembentukan Tim PAGARI ini Keempat berasal dari Balai KSDA Sumatera Barat dan Yayasan SINTAS Indonesia.
Wali Nagari Salareh Aia, Iron Maria Edi menyampaikan ucapan terima kasih dan bangga dengan telah diadakannya pelatihan ini, dan mengapresiasi pelibatan masyarakat dalam upaya penanganan konflik dan perlindungan satwa liar oleh BKSDA Sumatera Barat.
“Kami berharap dengan telah adanya Tim Pagari ini dapat mencegah dan meminimalisir terjadinya konflik satwa liar, selain itu apabila terjadi, maka diharapkan PAGARI dapat melakukan penanganan awal”.
“Kondisi ini mengingat warga nagari Salareh Aia hidup berdekatan dengan kawasan hutan dan pada beberapa waktu lalu sempat terjadi konflik satwa liar.”
Dalam kesempatan BKSDA bersama Yayasan SINTAS Indonesia juga menyerahkan peralatan perongan dan peralatan tim untuk tim PAGARI guna mendukung kegiatan kedepannya.