Sejak viralnya kemunculan pertama kali pada hari selasa tanggal 14 Februari 2023. Tim WRU BKSDA Sumbar seksi 3, Muspika, KPHL Sijunjung, Pengelola Geopark Silokek dan Wali Nagari Durian Gadang dalam melaksanakan pengecekan tersebut tim menemukan jejak serta kotoran dan sisa tumbuhan yang sudah dimakan oleh gajah tersebut.
Dengan temuan tersebut tim BKSDA Sumbar terus malanjutkan dan mengidentifikasi jejak serta sejarah kemunculannya. Pada tahun 1981 Gajah Sumatra pernah muncul di Sijunjung dan Solok Selatan yang dimana terdiri 1 kelompok gajah dengan jantan alpa dengan julukan ” si patah gading” pada saat itu terjadi konflik dan menimbulkan korban jiwa 1 orang serta 76 rumah rusak.
Berdasarkan hasil analisa lapangan umur gajah teridentifikasi dari panjang gading 5 tahun dan 8 tahun dengan jenis kelamin jantan. Dan pada hari rabu tanggal 15 Februari 2023 tidak ditemukan lagi keberadaan Gajah Sumatra dengan hasil penulusuran jejak mengarah kembali ke Riau melalui koridor Rimbang Baling.
Dari hasil penelusuran berkemungkinan kedua gajah tersebut tersesat atau terpisah dari kelompok utamanya, mengingat umur gajah masih muda dan berjenis jantan. Kemungkinan gajah membentuk kelompok baru minimal satu pasangan dan berumur 10 tahun. Serta dari pengecekan kotoran gajah masuk ke gubuk-gubuk peladang karena terdapat plastik bumbu masakan, sabun cream, dan kantong plastik. Dan dari sisa makanan diketahui gajah memakan batang pisang hutan, paku-pakuan dan kulit pohon.
Tim yang langsung diketuai oleh Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono, S.TP, M.Sc terus melakukan penelusuran jejak ke hulu sungai Batang Lisun, hingga hari minggu tanggal 19 Februari 2023 dengan jarak tempuh terjauh 8 km dari titik terakhir dilihat warga. Dengan hasil penelusuran tersebut dapat disimpulkan Gajah Sumatra kembali ke Riau. Tim dalam penelusuran juga memberikan pemahaman kepada warga Nagari Durian Gadang bahwa Gajah adalah anugerah kekayaan alam Sumbar dan harus dijaga dari perburuan dan diracun.